Copyright © 2013 NW ILMU Praya | Official Website of Ikatan Alumni YANMU (ILMU) NW Praya | Developed by Hujan Rintik-rintik Mohon Maaf, mungkin hasil terjemahan untuk halaman ini kurang tepat, karena perbedaan grammer tiap-tiap bahasa dan negara. (Depkominfo ILMU)
Diposting oleh Zainul Hal | 0 komentar

REUNI 2014 : Media Silaturrahim menuju ILMU yang Madani


Manusia adalah makhluk sosial ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dengan kualitas intelektual yang dimilikinya. Atas dasar inilah, interaksi sosial menjadi kebutuhan sekaligus merupakan konsekuensi alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia. Artinya, dalam suatu kondisi normal tanpa suatu distorsi yang berarti, manusia akan selalu berinteraksi satu sama lain apapun dan bagaimanapun keadaan yang menyertainya. Untuk itulah dikenal suatu komunitas manusia yang dinamakan ‘masyarakat’. Ikatan Alumni YANMU (ILMU) NW Praya adalah gambaran salah satu bentuk komunitas kecil masyarakat, dimana dalam komunitas tersebut segala bentuk kegiatan maupun program yang direncanakan sangat berpotensi  untuk membangun kepribadian, hubungan baik antar sesama alumni maupun masyarakat lainnya dengan mediasi “Falyashil Rahimah”, sehingga akan terwujudlah sebuah masyarakat ILMU yang berintelektual, berakhlaqul karimah serta bermartabat demi memperjuangkan agama, membangun nusa dan bangsa. Atas dasar kualitas intelektual yang dimiliki inilah, sudah sepantasnya ILMU ikut mengambil andil dalam membangun tatanan masyarakat berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling berkualitas secara intelektual dan paling tinggi derajatnya. Dan konsep masyarakat ILMU yang madani adalah jawabannya.

Masyarakat madani secara sederhana bisa dipahami sebagai masyarakat berperadaban dan berbudaya. Dari pengertian ini, masyarakat Islam di awal-awal hijriah dianggap telah mencapai suatu kondisi masyarakat madani, karena seperti yang kita tahu, pada saat itu kekhalifahan telah mencapai suatu titik peradaban yang sangat tinggi pada zamannya, dimana instrumen-instrumen sosialnya mampu berfungsi dengan baik dan mampu melahirkan manusia-manusia berkualitas seperti para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ at-Tabi’in, Imam al-Arba’ah, Ibn Sina, Al-Raazi, dan lain sebagainya.

Masyarakat madani dalam konteks Islam bisa dipahami sebagai masyarakat berperadaban dan berbudaya yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap lini kehidupannya. Manusia sebagai entitas terkecil dari suatu masyarakat dituntut tidak hanya harus bisa membangun hubungan baik dengan Tuhannya, melainkan juga harus mampu membina hubungan baik dengan sesama manusia dan dengan alamnya. Dari sinilah peran hukum Islam sangat penting sebagai penuntun untuk mencapai suatu kondisi ideal kemasyarakatan dalam bingkai masyarakat madani.

Nilai-nilai ke-Islam-an yang dimanifestasikan dalam hukum Islam inilah yang selanjutnya harus dijaga, dilestarikan dan diamalkan secara konsisten meskipun muncul wacana formalisasi hukum Islam sehingga kemudian melahirkan suatu polemik mengenai hukum Islam dari mahzab mana yang harus dipakai, tetapi ada satu hal yang harus digaris bawahi bahwa penerapan hukum Islam hendaknya membawa suatu kemaslahatan bersama, tidak hanya bagi umat Islam sacara internal namun seyogyanya berdampak kepada masyarakat umum secara menyeluruh. Karena seperti yang diketahui, dalam piagam madinah yang merupakan dasar-dasar masyarakat Islam madani diperkenalkan antara lain mengenai wawasan kebebasan terutama di bidang agama dan politik. Sebagai bentuk implementasi dari hal tersebut, Nabi beserta kaum muslimin diizinkan mengangkat senjata, perang membela diri dan menghadapi musuh-musuh peradaban.

Lalu bagaimana agar ILMU kita tercinta ini memiliki suatu kualitas yang tinggi, tidak hanya dari segi intelektualitas, tetapi juga secara emosional maupun spiritual. Ketiga hal ini sangat berkaitan erat dengan SILATURRAHIM, dimana yang kita rasakan bersama sekarang ini di tubuh ILMU sendiri masih belum terasa maksimal usaha-usaha baik pengurus maupun anggota untuk meningkatkan eksistensi rasa persaudaraan dan rasa saling memiliki meskipun ada peningkatan kearah sana, tetapi masih terkesan setengah hati dan cenderung tidak konsisten. Atau dengan kata lain, silaturrahIm menjadi hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan “terwujudnya suatu masyarakat ILMU yang madani” yaitu suatu komunitas yang berperadaban.

Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang lebih penting dilakukan yaitu bagaimana agar nilai-nilai silaturrahmi  itu bisa membumi, yang dapat senantiasa mewarnai setiap aktivitas kita sebagai anggota komunitas sosial Ikatan Alumni YANMU (ILMU) NW Praya. Untuk itulah peran REUNI yang menjadi salah satu mediasi silaturrahIm menjadi sangat penting disini.

Beberapa tahun terkhir, sangat terasa sekali betapa tidak berkembangnya atau bahkan nilai-nilai persaudaraan diantara kita sudah mulai terkikis sedikit demi sedikit. Terbukti, setiap acara-acara silaturrahIm baik bentuknya REUNI-an maupun yang lainnya, kuantitas kehadiran teman-teman belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Padahal tahun demi tahun, jumlah alumni semakin bertambah. Lalu faktor apakah yang menyebabkan kondisi kita seperti ini ?? jawabannya sudah pasti.

Oleh karena itu, melalui perhelatan REUNI 2014 yang sebentar lagi akan dilaksanakan, mari kita tingkatkan rasa persaudaraan dan rasa saling memiliki di antara kita. Karena apabila keywords (‘rasa persaudaraan’ dan ‘saling memiliki’.red) yang dua ini terpatri dan bersinergi dengan baik dalam pribadi kita masing-masing, maka “apa yang tidak mungkin ILMU bisa lakukan ?”.
____________________________
Hujan Rintik-rintik   |   9/12/2013


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Powered by Textbook Widget